TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengomentari ihwal harga garam yang anjlok di tingkat petani. Menurut dia, hal itu karena impor garam yang terlalu besar.
Baca: Sebut Waktunya Tinggal 85 Hari, Menteri Susi: Makin Kenceng Saya
"Persoalan harga jatuh itu adalah impor terlalu banyak dan bocor. Titik. Itu persoalannya," kata Susi saat memaparkan pencapaian program-program Kementerian Kelautan dan Perikanan semester I di kantornya, Jakarta, Kamis, 4 Juli 2019.
Menurut Susi, kalau impor garam di bawah 3 juta ton seperti sebelum-sebelumnya, harga di petani bisa Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per kilogram. "Persoalannya impor terlalu banyak dan itu bocor."
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan seharusnya ada mekanisme monitor dan evaluasi oleh Kementerian Perindustrian soal impor garam. "Kalau yang disampaikan ibu(Susi) bocor, ketika masyarakat melihat itu bisa dilaporkan ke kita untuk kami laporkan ke satgas pangan," kata dia.
Brahmantya mengatakan, bisa saja garam industri bocor ke pasar, namun KPP belum menerima laporan soal itu. Ia juga meminta Kementerian Perindustrian menjaga data real stock melalui sampling dengan Badan Pusat Statistik.
"Rekomendasi impor oleh perindustrian(Kemenperin) kepada perdagangan (Kemendag) tanpa melihat stoknya on hand-nya berapa, cuma dari surat Industri yang butuh garam. ini kan rawan," kata Brahmantya.
Lebih jauh, Brahmantya mengatakan sebelumnya saat KKP juga harus memberikan rekomendasi impor garam, selalu mencatat jumlah garam rakyat di 23 kabupaten per minggu dan per hari. Saat ini, rekomendasi impor sudah tidak lagi melalui KKP.
Dalam rapat sebelumnya dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perindustrian sebelumnya berjanji akan menyerap garam sebanyak 1,2 juta ton, namun realisasi baru sampai 950 ribu ton.
Baca: Susi Pudjiastuti: 50 Persen Orang Indonesia Tak Pikirkan Laut
Sebelumnya, petani garam yang berada di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengaku sangat merugi pada musim panen kali ini, karena hasil produksi mereka hanya dihargai Rp 300 per kilogram. Petani merugi karena harga garam milik mereka terus anjlok, bahkan saat ini yang baru masuk musim panen harganya Rp 300 per kilogram.
ANTARA